Pemilu... Pemilihan Umum ataukah Pemborosan Milik Umum

on Minggu, Maret 08, 2009

Reklame caleg dengan parpol masing sudah mulai terpampang menghiasi, atau malah mengotori, tiap kilometer jalan-jalan raya.

Pilih Saya!! Cerdas Arif Bijaksana kata nomer 4

Ternyata kalau dicermati memang "Cerdas" caleg ini dalam reklamenya, maksudnya "Arif" untuk siapa "Bijaksana" juga untuk siapa.:-)

Benarkah satu-satunya solusi terbaik saat ini untuk Indonesia...
Begitu besar sekali yang harus dikorbankan untuk mendapatkan pemimpin baru yang belum ada jaminan akan membawa indonesia lebih baik, tidak hanya baik untuk pemerintahnya tapi juga baik untuk rakyatnya.

Sangat jelas, pemilu ini tidak lain hanyalah ajang perebutan kekuasaan, bukan mencari solusi bersama untuk kemajuan Indonesia. Terlihat dari saling lempar-melempar kritik antar partai, model kampanye yang menjatuhkan partai lain, mencari koalisi dengan kuantitas besar bukan kesamaan visi.

Namun negara pun tetap menjaga ritme ini, ritme buang-buang waktu, tenaga, dan uang. Dengan tetap mempertahankan calon dengan embel-embel partai, yang anggotanya pun itu-itu aja. Calon independen yang menyajikan suasana baru ditolak mentah-mentah.

Uang negara sebesar Rp6,67 triliun telah digelontorkan pemerintah untuk pemilu 2009 ini. Kalau namanya uang negara ya yang pasti uang rakyatnya.
Cukup mahal untuk sekedar memilih seorang penerus ritme ini.

Sementara itu ada banyak tipe masyarakat dalam menyikapi pemilu ini. Ada masyarakat yang berfikir untuk masa depan bangsa, memilih yang terbaik dari terburuk. Ada masyarakat yang telah sadar bahwa siapapun yang memimpin tidak terlalu berpengaruh pada dirinya, akhirnya mereka lebih memilih golput. Ada masyarakat yang pemahaman tentang pemilu kurang, karena kesibukkan keseharian, akhirnya mereka memilih ya yang mereka pilih tiap pemilu tanpa tahu perubahan dalam partai tersebut.

Parahnya dari survey LSI menyatakan bahwa masyarakat dengan tipe golput ini semakin menjadi. Angka pemilih golput semakin banyak, siapa lagi penyebabnya kalau bukan pemilu ini. Salah bila kita menyalahkan para golput, mereka melakukan itu memang karena sistem ini memang telah tidak layak. Hanya pemborosan uang milik umum. Seandainya uang sebesar itu digunakan untuk memajukan ekonomi negara, tentunya akan lebih berguna.

Kalaupun siapa yang memimpin, tetap tidak ada perubahan sistem. kenapa gak undian aja? toh akhirnya sama aja kan. Itu jauh lebih hemat biaya, waktu, tenaga. Klu pemilu dengan triluyunan rupiah, dengan ribuan cukup. Pemilu butuh waktu berbulan-bulan, undian sejam sangat cukup. Pemilu butuh tenaga ribuan orang, undian.....

Sudahlah, memang tidak ada sistem terbaik selain pada masa Rosululloh. Mungkinkah nantinya Indonesia bisa mengikuti teladan dari Rosulullah ini, InsyaAllah...