Ranting kering tumbuh di tengah padi yang menguning...

on Sabtu, Juli 26, 2008


Ketika hari demi hari terus melangkah tanpa kompromi, ketika semakin gersangnya bumi terbakar oleh sinar matahari, ketika menguningnya dedaunan di pinggir jalan karena kasih sayang hujan tak turun jua, adakah hati yang merasakannya...

Suatu hari ketika pertama kali aku pulang kampung, aku melihat seorang pengemis di suatu simpang lima dari surabaya ke kediri..
Kulihat dia berada di bawah tiang lampu lalu lintas.
Ia tampak kurus, kering, dengan warna bajunya yang sebenarya putih menjelam menjadi coklat. Topi kecil yang sudah bolong disana sini, celana panjang yang sudah robek dibagian betisnya. Dan Astagfirullah, ia dalam keadaan terluka, tepatnya di betis kananya diatas mata kakinya ada luka yang sepertinya telah lama ia derita, lebar dan lalat pun mendekatinya.
Setiap hari ribuan orang lalu lalang dan mungkin melihatnya. Banyak yang hanya melihat dan lewat tanpa sebersit pun terpikirkan bahwa dia adalah amanah dari Allah Swt.
ada pula yang terlihat melihatnya dalam waktu yang lama, mungkin hatinya merasa iba dan merasa ingin merangkulnya.
sedikit... ya sedikit sekali yang nuraninya terketuk, nuraninya luluh dan air matanya merasa akan jatuh..

Terlihat, sore itu kaleng bekas didepanya hanya berisi uang recehan yang sangat minim sekali dan hanya beberapa lembar ribuan..
Ia tetap menengadahkan tangannya yang keriput, berharap ada lembaran uang untuknya.
Berharap ada nasi yang mengganjal perutnya hari ini, berharap dapat mengobati lukanya yang tak tahu kapan ia bisa pergi ke dokter yang memiliki nurani untuk membantunya.

Ketika melihat ia, aku berpikir.. Ada berapa banyak orang di dunia yang seperti ia atau bahkan lebih parah keadaanya, masihkah ada tempat yang lebih layak daripada di jalanan.
Bagaimana bisa kita dapat makan nasi lengkap dengan sayur dan lauk, bisa bersantai di depan televisi ditemani makanan ringan dan minuman menyegarkan, bisa jalan-jalan di mall, berjoget di club malam dengan segala kegermelapannya yang membutakan mata hati. Sementara saudara kita, dari ayah Adam dan ibu Hawa, dan Insya Allah satu umat Muhammad Saw, sedang tanpa arah yang pasti, hidup tergantung dari lemparan koin, hidup hanya mengharapkan ada yang dapat dimakan hari itu, hidup hanya memimpikan bisa tidur nyeyak di tempat yang hangat...

Ya.. Layaknya ranting kering yang bertahan hidup ditengah-tengah kebun padi yang semakin menguning dan siap dipanen..
Adakah sesuatu yang bisa kita lakukan untuknya, merangkulnya layaknya saudara, bergandengan tangan menuju ridho Allah Swt..
Alhamdulillah ya Allah, engkau telah memberikan kemampuan pada hamba untuk menuliskan pesan ini, engkau telah memberi nurani bagi pembacanya...